Selasa, 21 Oktober 2008

HOLYLAND (III): MENUJU HOLYLAND (I)

Dua (2) hari menjelang keberangkatan ke Israel, saya mengambil cuti. Dengan tujuan untuk persiapan. Tetapi Tuhan ternyata masih mempercayakan pelayanan. Pada hari Minggu siang adalah jadwal saya berangkat, tapi Sabtu sore hingga malam ada dua tempat yang cukup jauh yang harus dilayani. Ada kawan yang berkata: “lho kamu kan cuti, masa cuti masih kerja?” Ada juga yang berkata: “Perjalanan ke Israel itu jauh, kamu perlu istirahat, nanti malah kecapean terus kamu sakit nanti! Tapi saya lebih percaya kepada Tuhan. Saya berdoa: “Tuhan, saya percaya Engkau yang akan menguatkan, menopang, memberi kesehatan walaupun malam hari menjelang keberangkatan saya masih melayani”. Saya yakin Tuhan masih mempercayakan pelayanan pada masa cuti dan menjelang keberangkatan karena ada rencana-Nya. Apa itu rencana-Nya? Hanya Tuhan-lah yang tahu. Malam hari sekitar pukul 10 malam, semua tugas selesai, dengan mengendarai sepeda motor inventaris, saya tersenyum dan berdoa: Terima kasih Tuhan, semua tugas sudah dilaksanakan sekarang tinggal persiapan akhir menjelang keberangkatan. Sementara bayangan tanah suci terus mengiringi seolah sudah menanti.

HOLYLAND (II): TANTANGAN MENJELANG KEBERANGKATAN

Panggilan Tuhan ke tanah suci (Holyland), negeri Israel juga merupakan kado ulang tahun ke-28 saya yang jatuh pada tanggal 23 September. Dan luar biasa menurut rencana saya akan berangkat tanggal tersebut.
Namun rancangan manusia kadang berbeda dengan rancangan Tuhan, menjelang keberangkatan ada beberapa kendala seperti pembuatan KTP (persis bulan September masa berlakunya habis sehingga saya perpanjang) sehingga berpengaruh terhadap pembuatan paspor. Saya cukup panik, karena tanpa paspor tidak mungkin saya bisa berangkat ke luar negeri. Saya akhirnya hanya bisa pasrah, dan berdoa pada Tuhan: Ya Tuhan jikalau Engkau yang mengundang hamba-Mu ini masuk ke tanah Kudus-Mu, maka Engkau pula yang akan memperlengkapi semuanya. Amin. Di tengah kegalauan dan kepasrahan pada Tuhan, ada jawaban yang diberikan-Nya, bahwa saya tidak jadi berangkat tanggal 23 September 2008. Apa? Saya tidak jadi berangkat? Tunggu dulu Tuhan belum selesai berbicara, saya dirancangkan-Nya berangkat tanggal 12 Oktober 2008.
Ternyata… Tuhan punya maksud yang jauh lebih indah dari apa yang saya bayangkan. Saya berangkat bersama dengan Full Gospel Bussines, yakni sebuah perkumpulan pengusaha-pengusaha yang takut akan Tuhan. Mereka adalah pengusaha yang juga melayani Tuhan. Namun selain itu –dan ini yang luar biasa- pada waktu tersebut adalah minggu-minggu perayaan Pondok Daun dan pada tanggal 15 Oktober adalah puncak perayaan Pondok Daun yakni Jerusalem March. Dimana semua bangsa datang ke Israel untuk sujud menyembah Tuhan dan merayakan hari raya pondok daun (Zakharia 14:16)

HOLYLAND (I): SEBUAH IMPIAN ATAU KENYATAAN?

Setiap orang percaya (baca: Kristen) tentu memiliki kerinduan untuk bisa menginjakkan kaki di tanah suci (Holyland) seperti Yerusalem, Betlehem, Kapernaum atau Nazaret di negeri Israel. Saya pun tentu memiliki kerinduan seperti itu tapi tentu untuk pergi ke sana tidaklah mudah, terutama menyangkut soal biaya dan lain sebagainya.

Namun, Tuhan itu luar biasa! Bagi-Nya tiada yang mustahil. Suatu hari setelah beberapa hari sebelumnya melakukan pelayanan yang cukup menguras tenaga dan pikiran, ada telpon masuk dari sesorang yang dipakai dan diberkati Tuhan, bahwa saya mau tidak untuk berangkat ke Holyland. Wah… seperti mimpi saya dengan tanpa sadar mulut saya berkata: ya. Lalu saya diminta untuk bersiap-siap seperti pembuatan paspor dan lainnya.

Tanpa sadar saya menitikan air mata antara sukacita, terharu dan bersyukur pada Tuhan. Lalu saya melihat hari-hari yang sudah saya jalani terutama dalam pelayanan yang dilakukan. Ternyata Tuhan itu tidak mau berhutang. Sungguh Tuhan itu baik, bagi yang tulus melayani-Nya, Tuhan tidak akan pernah melupakan. Kesempatan ke Holyland adalah sebuah anugerah dari Tuhan.