Sabtu, 11 April 2009

RENUNGAN PASKAH 2009

Ibadah Paskah, 12 April 2009
Nas Pembimbing : I Petrus 1:3-4
Bahan Khotbah : Roma 5:1-11

“Bermegah di dalam iman kepada Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus”


Pembukaan

Saudara-saudara,
• Hal apakah yang saudara banggakan dalam hidup saudara? Kita bisa menyebutkan sederet kebanggaan kita misalnya: kita bangga terhadap keluarga: isteri yang baik, suami yang setia, anak yang berbakti. Kita bangga dengan prestasi-prestasi kita, bangga dengan kekayaan yang kita miliki, bangga dengan status dan jabatan ita, dsb.
• Tapi apakah saudara tahu, bahwa kebanggaan duniawi tadi, adalah kebanggaan yang semu, kebanggaan yang sia-sia. Mengapa? Karena ketika saudara Tuhan panggil, ketika kita mati, kembali kepada Sang Pencipta, itu semua tidak ditanyakan, itu semua tidak menolong, itu semua tidak menyelamatkan.  Seberapa hebat diri kita, seberapa besar kehormatan kita, seberapa banyak kekayaan kita maka dihadapan Tuhan itu semua tidak ada artinya.
• Lalu jika hal-hal yang bersifat duniawi tadi adalah kebanggaan yang semu, apa yang harus kita banggakan dalam hidup kita? Apa yang harus kita megahkan dalam hidup kita? Firman Tuhan mengatakan bahwa sebagai orang percaya, sebagai umat Tuhan, yang harus kita banggakan bahkan kita megahkan adalah iman kita kepada Allah di dalam Tuhan kita Yesus Kristus, yang telah menebus, yang telah menyelamatkan kita dari kebinasaan.
• Mari kita lihat kembali Firman yang terambil dari Roma 5:1-11

Tafsiran
• Dalam Surat Paulus kepada Jemaat di Roma Pasal 15 ayat 1-2 berkata: …
Rasul Paulus mengungkapkan kepada Jemaat Roma dan juga kita bahwa mereka (dan kita) telah dibenarkan oleh iman kepada Allah melalui Tuhan Yesus Kristus. Karena dibenarkan kaena iman inilah seharusnya umat Tuhan hidup dalam damai sejahtera.
Hal ini penting diungkapkan Paulus karena Jemaat Roma berlatar belakang Yahudi, dimana ada beberapa orang yang masih melaksanakan hukum taurat (ritual-ritual, aturan-aturan dan hukum) sebagai kewajiban, jika tidak dilakukan maka Jemaat tidak selamat.
Kesalahan bukan di hukum Taurat itu tapi ketika hukum dan aturan dilaksanakan dengan ketat tanpa disertai hati dan iman. Semuanya bersifat formalistik, hanya menekankan bungkusan-bungkusan ritual tapi hati dari orangnya bobrok. Lebih jelasnya lagi Paulus katakan dalam Roma 3:20 :……………Karena terlalu menekankan hukum dan aturan, terjebak dalam kesalehan palsu, sehingga orang jadi lupa kepada sang pemberi Hukum Taurat itu sendiri yakni Tuhan.

• Relevansi: Dalam kehidupan umat Kristen, skrg ini tak jarang kita jumpai bentuk-bentuk kesalehan palsu, misalnya tentang hal beribadah. Ibadah mingguan, seringkali menjadi kebiasaan, ibadah menjadi formalistik. Orang menganggap setiap hari Minggu ke gereja cukup. Kita bangun di pagi hari, berangkat ke gereja, duduk manis di gereja, kalau khotbahnya lucu kita ketawa, kalau khotbahnya lama kita tertidur, kalau MJ salah kita menggerutu, kalau doa syafaat kita keluar sebentar, kalau kebaktiannya lama kita pulang duluan.
• Kita menjadi lupa, untuk apa, dan untuk siapa kita datang ke Gereja. Apakah untuk memuaskan diri kita? untuk menyenangkan hati kita? Untuk mengisi hari libur kita? Tidak! Tapi kita datang ke gereja untuk beribadah kepada Tuhan, berjumpa dengan Tuhan, memuji dan memuliakan Tuhan, mendengarkan Firman Tuhan dengan seluruh hati, jiwa dan pikiran kita. Bukan hanya sekedar badan kita saja, sementara hati kita ditinggal di rumah.
• Saudara-saudara, dari atas mimbar ini saya bisa melihat ke seluruh areal, bawah dan atas, pojok kanan, kiri (bukan hanya di GKP Bekasi saja). Jujur saya katakan bahwa saya sungguh sangat sedih bahwa tak sedikit yang datang ke gereja, beribadah, tapi tidak sungguh-sungguh beribadah. Ada yang mengobrol, ada yang ngantuk, ada yang melamun, ada yang acuh tak acuh, ada yang keluar-masuk, ada yang tatapannya kosong dsb.
• Saya sedih bukan karena saya merasa tidak dihargai, bukan, bukan itu. Saya, bahkan Pdt/pengkhotbah hanyalah sarana, alat Tuhan. Yang memimpin ibadah saat ini sesungguhnya adalah Tuhan bukan manusia. Saudara datang untuk Tuhan. Kalau tujuan kita, motivasi kita adalah untuk memuliakan Tuhan, maka saudara akan memberi yang terbaik untuk Tuhan. Artinya ketika kita menyanyi ya kita memuji Tuhan dengan hati kita, kita berdoa ya berdoa kepada Tuhan bukannya tidur. Ketika kita memberi persembahan ya kita juga mempersembahkan untuk Tuhan. Jgn pusing nanti persembahan kita dipakai dengan benar atau tidak, digunakan dengan benar atau tidak. Apa yang saudara persembahkan itu menjadi miliki Tuhan, dan jika ada yang mengambilnya, atau tidak jujur dalam pengelolaannya berarti urusannya dengan siapa? … ya dengan Tuhan
• Ketulusan hati dalam beribadah adalah yang terpenting dan terutama. Hati yang mau mencari dan memuliakan Tuhan.
• Lalu bagaimana dengan saudara, ketika saudara datang ke gereja skrg ini: beribadah sebagai formalitas atau saudara mau datang untuk menyembah dan memuliakan Tuhan? Yang mana? Katakan dan tunjukkan bukan kepada saya tapi kepada Tuhan. Tunjukan bahwa kita bangga bahkan bermegah karena kasih karunia Allah bagi kita: karena Tuhan kita Yesus Kristus yang telah mati dan bangkit bagi kita!

• Kita lanjutkan dalam ayat 3-5 katakan…..
Berbangga hati, bermegah karena kasih karunia, oke bisa kita lakukan. Tapi bangga dengan kesengsaraan, bermegah dalam kesusahan, bagaimana bisa? Bukankah kesengsaraan itu bukan hal yang menyenangkan, bukan keinginan, bukan kehebatan, bahkan bisa dikatakan sebagai aib, sesuatu yang buruk? Apa artinya kita bermegah dalam kesengsaraan?
• Ini yang harus saudara catat dan ingat baik-baik: firman Tuhan melalui surat Paulus katakan: bahwa kesengsaraan, kesusahan, penderitaan yang saudara alami menimbulkan ketekunan. Artinya orang sengsara, yang susah, yang menderita tidak akan berdiam diri saja, ia pasti mencari solusi, mencari jalan keluar, mencari jalan pemecahan, berusaha sekuat tenaga, dan diperlukan ketekunan, kesabaran.
• Dan orang yang tekun, orang yang sabar, orang yang mengandalkan Tuhan, akan menjadi tahan uji, artinya memiliki mental yang kuat, memiliki pondasi yang mantap, bahkan memiliki iman yang berkualitas, yang menghasilkan pengharapan, keyakinan akan pertolongan Tuhan karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati saudara oleh kuasa Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.

Saudara-saudara,
• Ketika saudara diizinkan Tuhan untuk sengsara, diizinkan untuk menderita, itu adalah penderitaan yang biasa, karena Tuhan Yesus jauh lebih menderita dari kita. Dalam ayat 6-7 katakan………

Saudara-saudara,
• Penderitaan bahkan kematian Kristus Yesus telah memperdamaikan kita dengan Allah, kita bukan lagi menjadi orang durhaka yang akan binasa melainkan:…. lihat ayat 9-10 yang berkata:………… ketika kita percaya dan beriman kepada Allah, kita meyakini Yesus Kristus adalah Tuhan dan Jurus’lamat kita maka FT katakan kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah, bukan mudah-mudahan, bukan semoga saja tapi pasti!
• Dan dalam ayat 11 katakan: ………...
• Inilah berita Paskah, bukan sekedar Yesus telah bangkit, bukan sekedar berita kubur yang kosong, tapi Ia yang telah menyelamatkan saudara dan saya. Yang telah memberikan jaminan dan kepastian bahwa kita telah diselamatkan. Mendapat bagian dalam Kerajaan-Nya yang kekal.


Penutup

Saudara-saudara,
• Pertanyaan dan perenungan akhir dari khotbah saya: Jika saudara telah mendapat jaminan, kepastian dari Tuhan kita Yesus Kristus, suatu anugerah yang luar biasa, dimana saat ini banyak orang mencari jalan untuk keselamatan, dan masih blm menemukan, di dalam pencarian, tapi saudara (kita) sudah berada di jalan kebenaran itu, apa yang sudah saudara lakukan untuk berterima kasih kepada Tuhan kita Yesus Kristus? Sudahkah saudara memuliakan Dia dengan apa yang saudara miliki: hati, jiwa, waktu, tenaga, kekayaan yang saudara miliki? Tuhan sudah memberi yang terbaik untuk kita, sudahkah kita memberikan yang terbaik untuknya? Mari kita jawab itu bukan dengan kata-kata tapi dengan tindakan, karya saudara di hadapan Tuhan.
• Selamat Paskah! Tuhan memberkati!



Pdt. Stefanus Parinussa, S.Si